Dampak CSR Statoil Karama Masih Terasa di Sulawesi Barat

Mamuju, 26 September 2014 – Meski Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Statoil Karama telah mengembalikan pengelolaan Blok Migas Karama ke Pemerintah Pusat, namun berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan perusahaan asal Norwegia tersebut masih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

Statoil memulai eksplorasi migas di wilayah Mamuju sejak tahun 2009. Selama kurang lebih empat tahun, perusahaan ini melakukan berbagai tahapan eksplorasi dan pengeboran di beberapa titik yang diperkirakan memiliki kandungan minyak bumi. Meski eksplorasi tidak menemukan cadangan komersial yang diharapkan, perusahaan tetap berkomitmen memberikan kontribusi sosial melalui program CSR.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sulawesi Barat, Amri Ekasakti, ST., menyampaikan bahwa manfaat program CSR Statoil masih dirasakan hingga saat ini. Hal tersebut terungkap saat menerima kunjungan peneliti dari Norwegia, Michal Wojtowicz, yang sedang meneliti dampak sosial dari program CSR Statoil Karama.

“Michal berasal dari Norwegia dan saat ini sedang menyelesaikan studi pascasarjana. Ia memilih Provinsi Sulawesi Barat sebagai lokasi penelitiannya karena tertarik dengan dampak sosial dari program CSR Statoil,” ungkap Amri.

Amri menjelaskan bahwa program CSR Statoil meliputi berbagai sektor, di antaranya kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, penyediaan fasilitas umum, serta konservasi lingkungan.

“Statoil telah merenovasi gedung sekolah, memberikan alat pendidikan, melatih guru, menyediakan fasilitas air bersih, serta membina kelompok usaha mikro yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui industri rumahan,” jelas Amri.

Perusahaan juga berkontribusi dalam konservasi lingkungan melalui penanaman mangrove di sejumlah wilayah pesisir.

Amri menekankan pentingnya keberlanjutan dari program-program CSR yang telah ditinggalkan Statoil.

“Kami mengharapkan beberapa fasilitas dan kelompok usaha masyarakat seperti air bersih Kombiling dan Pangale, serta kelompok usaha seperti Kerja Bersama Kombiling, Sama Jaya Karama, Wahana Laut Biru Tadui, Sinar Hidayah Ampallas, dan perajin Natade Coco di Kombiling dan Bunde untuk terus dilanjutkan dan dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah,” pungkasnya.

Program-program CSR yang telah dilaksanakan Statoil menjadi contoh bagaimana investasi sektor energi dapat memberikan dampak sosial yang positif meskipun kegiatan eksplorasi tidak dilanjutkan.