Penelitian yang dilakukan oleh Ernowo, Bambang Nugroho Widhi, dan Moe’tamar membahas tentang geologi dan mineralisasi di daerah Satoko, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penelitian ini menemukan bahwa batuan pembawa mineralisasi di daerah tersebut adalah syenodiorit yang telah mengalami ubahan argilik, dengan komposisi didominasi oleh monmorilonit dan haloisit, serta sedikit nontronit. Mineralisasi ini terjadi dalam bentuk urat-urat kuarsa yang teramati pada beberapa sumur uji, dengan struktur banded, vuggy, dan dog teeth yang terisi oleh pirit halus, oksida besi, hematit, dan limonit. Analisis kimia menunjukkan kandungan logam yang signifikan, termasuk emas (Au), tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), perak (Ag), besi (Fe), arsen (As), molibdenum (Mo), dan antimon (Sb).
Penelitian ini menunjukkan bahwa mineralisasi di daerah Satoko terjadi pada lingkungan epitermal dengan kisaran temperatur antara 220°C hingga 300°C dan kedalaman sekitar 291,53 m hingga 863,16 m1. Korelasi yang erat ditemukan antara Cu, Pb, dan Zn, sedangkan Au menunjukkan korelasi negatif dengan unsur-unsur lainnya. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman geologi dan potensi mineral di daerah Satoko, Sulawesi Barat, yang dapat membantu dalam identifikasi dan eksplorasi sumber daya mineral yang lebih efektif di wilayah tersebut. Dengan demikian, penelitian ini dapat mendukung pengembangan industri pertambangan yang berkelanjutan di Sulawesi Barat.